Sabtu, 03 November 2007

BELAJAR DARI IBRAHIM

Belajar Dari Ibrahim

Idul adha, suatu hari yang bersejarah bagi umat Islam, karena pada hari itu terjadi peristiwa yang menjadi awal dari ibadah qurban, yaitu peristiwa puncak dari sederet aksi-aksi kepahlawanan Nabi Ibrahim dan keluarganya yang telah tercatat dalam sejarah manusia maupun sejarah malaikat.
Seluruh kisah perjalanan Nabi Ibrahim selalu dipenuhi dengan aksi-aksi kepahlawanan. Dimulai dari Ibrahim kecil/bayi yang mampu bertahan hidup walau hanya tinggal didalam gua sendirian. Ketika beranjak dewasa, jiwa filsafatnya mulai tumbuh, ia mulai bertanya-tanya dalam hati tentang siapakah tuhannya? Ia pernah menyangka bulan, bintang dan matahari adalah tuhan tetapi jiwa kritisnya berkata tidak mungkin tuhan semesta alam terbit dan tenggelam pada pagi dan sore. Akhirnya dia mengetahui bahwa Allah lah tuhan semesta alam. Maka begitu melihat kaumnya menyembah patung-patung dia segera menghancurkan patung-patung tersebut yang membuat Raja Namrud murka dan memerintahkan untuk membakar Ibrahim hidup-hidup dengan rahmat Allah Ibrahim pun selamat.
Dan puncak kepahlawanan Ibrahim adalah ketika ia bermimpi bahawa Allah memerintahkannya untuk menyembelih anaknya sendiri, Ismail. Mimpi itu terjadi berulang-ulang kali sampai Ibrahim yakin bahwa mimpinya benar-benar datang dari Allah. Pada saat itu keimanan seorang Ibrahim benar-benardiuji antara mentaati perintah Rabbnya atau mengingkarinya. Akhirnya Ibrahim memenangkan pertarungan batinnya dengan memilih mengorbankan anaknya demi perintah Illahi, yang bagi manusia-manusia biasa adalah sebuah pilihan ‘gila’.
Setelah menceritakan mimpinya itu kepada ismail, maka Ismail pun menjawab “wahai ayah ku, sekiranya benar bahwa itu adalah perintah Allah maka laksanakanlah, niscaya engkau akan mendapati aku termasuk golongan orang yang bersabar”. Itulah jawaban Ismail, jawaban yang hanya dimiliki oleh manusia pahalwan yang mempunyai jiwa kepahlawanan dan semangat pengorbanan yang tinggi.
Begitulah Ibrahim mengajarkan kepada kita, ia telah berhasil membina sebuah keluarga pahlawan. Maka pantaslah bila ia mendapat gelar ‘Abbul Anbiya’ Bapak para nabi.

2 komentar:

sayyid yang berkelana dalam dunia mengatakan...

Subhanallah....

Aan Rusmanto mengatakan...

Hahay..
Aan Shared
http://aan-shared.blogspot.com